Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cara Menghitung dan Membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) Rumah dan Proyek Lainnya

Cara Menghitung dan Membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) Rumah dan Proyek Lainnya
Memperkirakan anggaran biaya adalah suatu proses perhitungan volume pekerjaan, harga bahan dan nilai pekerjaan yang akan terjadi pada suatu proyek konstruksi. Karena rencana anggaran biaya dibuat sebelum dimulainya suatu pembangunan maka jumlah biaya yang di peroleh dari taksiran RAB bukan biaya sebenarnya.Tentang cocok atau tidaknya suatu rab dengan biaya yang sebenarnya sangat tergantung dengan keahlian ataupun keputusan yang diambil oleh estimator dalam cara cara pelaksanaan penyelesaian proyek yang dikerjakan.

Penghitungan rab biasanya dihitung berdasarkan gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan. Penaksiran biaya yang dibutuhkan dalam suatu proyek bisa dikategorikan kedalam dua kategori. Dimana kategori yang pertama adalah penaksiran terperinci dan kategori yang kedua adalah penaksiran kasar.

Penaksiran terperinci dilaksanakan dengan cara menghitung volume dan harga harga dari seluruh pekerjaan yang akan dilaksankan agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan memuaskan. Penafsiran terperinci bisa dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu Cara Harga Satuan dan Cara Harga Seluruhnya.

Penaksiran Anggaran Biaya Cara Kasar adalah penaksiran yang dimana pekerjaan dihitung setiap m2. Misalkan biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah type 36 adalah Rp. 2.000.000,- /m2 sehingga jika ditotalkan, untuk membangun sebuah rumah type 36 adalah 36 m2 x 2.000.000,- = Rp. 72.000.000,-. Cara ini sangat umum ditemui saat bertanya berapa biaya sebuah rumah yang perlu disiapkan. Hasil yang didapatkan memang jauh dari biaya sebenarnya, tapi nilai tersebut sudah cukup memberi informasi untuk mengetahui biaya yang perlu dikeluarkan.

Cara penaksiran biaya yang lengkap misalnya untuk sebuah sebuah gedung harus termasuk didalamnya berupa,

  1. Harga tanah
  2. Biaya notaris
  3. Biaya perencanaan
  4. Biaya kontraktor
  5. biaya subkontraktor
  6. biaya extra
  7. bunga uang
  8. asuransi, pajak, dan lain sebagainya

Adapun langkah langkah yang perlu diperhitungkan dalam membuat analisa rencana anggaran biaya adalah sebagai berikut,

Pengumpulan Data

Pengumpulan data
Ilustrasi Pengumpulan data
Pengumpulan data, memisah-misahkan dan mengelolanya adalah sangat penting untuk menghitung biaya secara tepat. Seorang estimator harus menyimpan data data dari biaya proyek yang sudah selesai dikerjakan.

Data tersebut harus berisi harga harga bahan dan volumenya, keadaan buruh setempat, tempat bekerja, upah yang dibayarkan, cuaca, penyebab keterlambatan dan juga biaya biaya ekstra yang ditimbulkan.

Data data tersebut selain didapat dari pengalaman pribadi, bisa juga didapatkan dengan kombinasi dari data data yang dikeluarkan pemerintah setempat, data dari survey dengan bertanya ke kontraktor rekanan terpercaya ataupun dengan metode lainnya.

Meninjau Lapangan

Sebelum menghitung perkiraan biaya dalam sebuah proyek, estimator terlebih dahulu harus meninjau lapangan untuk mempelajari keadaan setempat. Mempelajari kemungkinan memakai jasa buruh setempat, upahnya, keahliannya dan pengangkutannya. 

Kemudian juga menyelidiki apakah perlu dibuat bedeng bedeng untuk tempat tinggal para buruh atau mungkin menyewa rumah penduduk.

Menaksir Harga Bahan-bahan

Bahan Bangunan
Bahan Bangunan
Biasanya dibuat daftar bahan yang menjelaskan mengenai banyaknya bahan yang dibutuhkan, ukuran bahan yang digunakan serta ukuran ukuran lainnya yang diperlukan. Estimator atau yang biasa disebut sebagai Quantity Surveyor (QS) biasanya membuat suatu daftar bahan yang yang diperlukan dan daftar ini akan dipakai oleh kontraktor untuk membuat penawaran harga.

Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan ditempat pekerjaan, jadi sudah termasuk biaya pengangkutan, biaya akomodasi, biaya packing, biaya penyimpanan, pemeriksaan kualitas dan sejenisnya yang menyangkut bahan tersebut sudah tersedia di lokasi pekerjaan.

Menaksir Biaya Pekerja/Buruh

Pekerja/buruh
Ilustrasi: Pekerja/buruh
Biaya buruh sangat dipengaruhi oleh bermacam macam hal seperti: panjangnya jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan, keterampilan dan keahlian buruh yang bersangkutan.

Estimasi biaya yang sering digunakan adalah "harian" sebagai unit waktu dan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu hari. Pilihan lain yang juga digunakan dan dianggap lebih memuaskan yaitu dengan cara tiap "jam" kerja karena panjang kerja dapat berlainan dimana ada yang dihitung 6, 7, 8, atau 9 sampai 10 jam perhari.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan tergantung dari keahlian, sikap mental dari pekerja tersebut terhadap pekerjaan dan juga tergantung dari keadaan setempat. Dibeberapa negara ada juga peraturan buruh yang membatasi hasil pekerjaan setiap jam kerja.

Bila pekerjaan sedang banyak buruh susah diperoleh dan pekerjaan sangat mudah diperoleh bagi setiap orang, maka kemungkinan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu jenis pekerjaan akan lebih panjang dari pada jam rata rata dan sebaliknya.

Pemborong yang mempunyai buruh tetap biasanya mempunyai pengalaman berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan. Keadaan setempat dan peraturan peraturan buruh kadang kadang mempengaruhi besarnya upah dan upah perjam dapat berubah ubah tergantung dari musim pekerjaan.

Beberapa penaksir harga mempergunakan cara mengalikan unit pekerjaan dengan upah buruh perunit pekerjaan. Cara ini kurang teliti karena buruh sangat berlainan keterampilannya. Cara yang lebih baik ialah dengan menaksir jumlah jam kerja yang diperlukan untuk tiap jenis pekerjaan yang dipisahkan dari upah buruh, kemudian hasilnya dikalikan dengan upah perjam atau per hari.

Menaksir alat alat yang diperlukan

peralatan tukang
Ilustrasi : Peralatan kerja 
Suatu peralatan yang diperlukan untuk suatu jenis konstruksi, haruslah termasuk didalamnya bangunan-bangunan sementara, mesin mesin, alat alat tangan (tools). Misalnya peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton ialah mesin pengaduk beton, alat alat untuk membuat cetakan, memotong dan membengkokkan besi tulangan, gudang dan alat alat untuk menaikkan dan menurunkan bahan, alat angkut dan lain sebagainya.

Pemilihan jenis peralatan tergantung dari jenis peralatan yang sudah dimiliki oleh pemborong. Suatu jenis alat kadang kadang hanya dapat dipakai sekali saja sedang jenis lainnya dapat dipakai berulangkali dan untuk proyek lain. Oleh karenanya penaksiran biaya didasarkan kepada masa pakai dari peralatan, lamanya alat tersebut akan dipakai disuatu proyek dan besarnya pekerjaan yang harus dikerjakan.

Unit cost dapat berdasarkan waktu atau hasil pekerjaan yang akan dikerjakan, misalnya ongkos tipa jam dapat dihitung dengan cara membagi jumlah jam kerja yang betul betul dipakai untuk mengoperasikan peralatan tersebut.

Ada beberapa pemborong yang mempergunakan dua macam unit cost yaitu jam jam kerja yang betul betul alat itu dipakai dan jam jam dimana peralatan tidak dipakai. Biasanya biaya sewa setengah dari jam kerja peralatan dipakai.

Bila unit cost berdasarkan hasil pekerjaan maka jumlah ongkos operasi dibagi dengan hasil pekerjaan yang harus dikerjakan, misalnya untuk pembuatan sebuah jembatan beton, maka jumlah biaya perlatan dibagi dengan m3 dari beton yang dipakai maka didapat harga peralatan tiap m3 beton.

Overhead Atau Biaya Tidak Terduga


Biaya tidak terduga biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu biaya tidak terduga umum dan biaya tidak terduga proyek. Biaya tidak terduga umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan kesuatu jenis pekerjaan dalam proyek. Misalnya sewa kantor peralatan kantor, listrik, asuransi/bpjs, pajak dan lain lain.

Sedangkan biaya tidak terduga proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan kepada biaya biaya bahan, upah buruh, atau biaya alat alat seperti misalnya pembelian tambahan dokumen kontrak berjalan, surat surat ijin, honorarium arsitek dan insinyur dan lainnya.

Ada yang memasukkan pajak upah dan asuransi/bpjs kedalam biaya tidak terduga, tetapi ada juga yang memasukkan kedalam upah buruh. Dalam hal tersebut asuransi/bpjs, asuransi jiwa, tunjangan kesehatan, bpjs ketenagakerjaan, bpjs kesehatan. Estimasi biaya yang timbul dapat berkisar antara 8 sampai dengan 25% dari upah buruh.

Jumlah biaya tidak terduga dapat berkisar antara 12 sampai 30 % dari jumlah harga bahan, upah buruh dan ongkos alat-alat atau antara 12 sampai 50 % dari upah buruh tergantung dari jenis pekerjaan dan keadaan setempat.

Demikianlah cara menghitung dan membuat RAB, pada artikel terdahulu kita sudah pernah membahas Contoh dan Perhitungan RAB Rumah Type 36 yang bisa anda lihat di SINI. Pada kesempatan berikutnya kita akan membahas cara menghitung RAB lebih detail lagi dan dengan teknis yang lebih spesifik. Akhir kata semoga bermanfaat. Terimakasih.
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

1 comment for "Cara Menghitung dan Membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) Rumah dan Proyek Lainnya"