Benarkah Sektor Konstruksi Melemah Akibat Hantaman Pandemi Covid-19?
Perkiraan menurunnya kasus covid-19 pada bulan Mei nampaknya belum berhasil. Sejauh ini pasien yang terkena virus corona makin bertambah. Pemerintah daerah juga tak berhenti menggalakkan gerakan di rumah saja serta hindari kerumunan.
Namun, eksekusi dari himbauan tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Banyak masyarakat mengeluh jenuh di rumah lalu keluar untuk berkendara di jalan. Padahal sektor perekonomian tengah berupaya mengistirahatkan diri demi menghentikan penyebaran virus. Tak terkecuali pada sektor pembangunan yang mesti mengurung niatnya dalam setiap perencanaan pembangunan.
Perbedaan mencolok terdapat pada jumlah pekerja konstruksi. Mungkin jumlah pekerja biasanya dapat berkisar hingga 50 orang, tapi saat ini mereka bahkan tak sampai 20 orang.
Beragam cara telah dilakukan supaya pengerjaan konstruksi tetap berjalan serta sanggup menghindari virus. Misalnya dengan pemberian kerja shift. Jumlah yang berkumpul tak terlalu banyak dan sektor pembangunan tidak berhenti begitu saja.
Dalam beberapa waktu pengaplikasian cara ini membawa pengaruh positif. Sampai perencanaan pembangunan terpaksa mogok karena masalah biaya. Nilai tukar rupiah yang melemah menjadi beban tersendiri bagi pelaku industri konstruksi.
Penyebab ini menjadi beban tambahan yakni karena bahan baku proyek banyak yang impor. Kalau situasi belum menunjukkan perkembangan maka sektor pembangunan mesti turut beristirahat total.
Padahal pembangunan infrastruktur menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun ke depan. Sektor konstruksi harus kalah untuk beberapa saat. Dana yang disediakan untuk pembangunan turut dialokasikan pada kebutuhan genting penanganan covid-19.
Kejadian ini membuat tatanan pemerintah sedikit berubah dalam pembangunan infrastruktur. Sebagai sektor yang membangun tampilan Indonesia, perbaikan memang harus cepat dilakukan.
Setelah mengetahui fakta tersebut, masih adakah industri konstruksi yang berusaha bangkit? Apakah mereka dapat melanjutkan perencanaan pembangunan dalam situasi pandemi ini?
Namun, eksekusi dari himbauan tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Banyak masyarakat mengeluh jenuh di rumah lalu keluar untuk berkendara di jalan. Padahal sektor perekonomian tengah berupaya mengistirahatkan diri demi menghentikan penyebaran virus. Tak terkecuali pada sektor pembangunan yang mesti mengurung niatnya dalam setiap perencanaan pembangunan.
Perbedaan mencolok terdapat pada jumlah pekerja konstruksi. Mungkin jumlah pekerja biasanya dapat berkisar hingga 50 orang, tapi saat ini mereka bahkan tak sampai 20 orang.
Beragam cara telah dilakukan supaya pengerjaan konstruksi tetap berjalan serta sanggup menghindari virus. Misalnya dengan pemberian kerja shift. Jumlah yang berkumpul tak terlalu banyak dan sektor pembangunan tidak berhenti begitu saja.
Dalam beberapa waktu pengaplikasian cara ini membawa pengaruh positif. Sampai perencanaan pembangunan terpaksa mogok karena masalah biaya. Nilai tukar rupiah yang melemah menjadi beban tersendiri bagi pelaku industri konstruksi.
Penyebab ini menjadi beban tambahan yakni karena bahan baku proyek banyak yang impor. Kalau situasi belum menunjukkan perkembangan maka sektor pembangunan mesti turut beristirahat total.
Padahal pembangunan infrastruktur menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun ke depan. Sektor konstruksi harus kalah untuk beberapa saat. Dana yang disediakan untuk pembangunan turut dialokasikan pada kebutuhan genting penanganan covid-19.
Kejadian ini membuat tatanan pemerintah sedikit berubah dalam pembangunan infrastruktur. Sebagai sektor yang membangun tampilan Indonesia, perbaikan memang harus cepat dilakukan.
Setelah mengetahui fakta tersebut, masih adakah industri konstruksi yang berusaha bangkit? Apakah mereka dapat melanjutkan perencanaan pembangunan dalam situasi pandemi ini?
Kiat-Kiat Industri Konstruksi Selama Pandemi
Menganalisis dan Mengelompokkan Data
Metode yang akrab disebut cluster modelling ini cocok digunakan dalam pendekatan pasar konstruksi. Hal ini ditujukan untuk menghindari risiko bila pelaku bisnis berhenti menjual produknya karena sektor konstruksi tengah berhenti. Padahal setiap pembangunan memiliki target masing-masing untuk penyelesaiannya. Bila bahan baku berhenti dijual pada industri konstruksi, itu mengakibatkan gagalnya proyek.
Perbandingan Penghasilan
Pengusaha kontraktor yang menyadari krisis berbondong-bondong mencari penanganan tepat. Termasuk penggunaan metode perbandingan penghasilan. Metode perbandingan penghasilan atau revenue comparison akan membantu menekan keuangan supaya tidak melorot. Tidak semua metode penyelarasan perencanaan pembangunan lancar, namun kita patut berusaha.
Pengecekan Berkala
Poin paling penting adalah memastikan para pekerja konstruksi sendiri tak terpapar virus. Mengingat virus ini tidak menimbulkan gejala bagi beberapa orang, maka mematuhi protokol kesehatan serta pengecekan berkala itu penting. Segala tindakan pencegahan ini diharapkan membantu virus segera terhenti serta krisis mereda.
Fasilitas Tempat Tinggal
Kita tahu bahwa proyek dapat memakan waktu cukup lama untuk selesai. Jarak tempat tinggal serta waktu biasanya yang jadi sorotan paling banyak. Dalam pandemi sangat berisiko bekerja pada ruangan terbuka. Maka pemberian fasilitas tempat tinggal dapat jadi solusi. Karena para pekerja akan lekas beristirahat usai menyelesaikan perencanaan pembangunan dan itu meminimalisir risiko kesehatan.
Usaha, tenaga dan pikiran yang tercurah demi terlaksananya perencanaan pembangunan akan terus berlanjut. Sembari menunggu kondisi membaik, usaha tersebut pasti berguna bila dilaksanakan dengan patuh. Mari kita juga terapkan kedisiplinan diri sendiri beriringan dengan kedisiplinan pembangunan.
Post a Comment for "Benarkah Sektor Konstruksi Melemah Akibat Hantaman Pandemi Covid-19?"
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved