Ini Dia Vetiver Sebagai Rumput Anti Longsor dan Erosi
Keberadaan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari adanya potensi bencana alam sehingga harus siap pula untuk menghadapi bencana tersebut. Indonesia memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana-bencana seperti gempa, tsunami, dan erosi/longsor.
Namun demikian bencana yang hampir sering terjadi di wilayah Indonesia adalah bencana erosi dan longsor. Bencana ini terjadi karena sekitar 45% luas lahan di Indonesia adalah lahan pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi.
Hal ini menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat sebagian besar wilayah kabupaten atau kota di Indonesia memiliki kawasan pegunungan. Namun kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di Indonesia, dimana secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor dan erosi adalah faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang utama adalah kelerengan, curah hujan, dan geologi. Sedangkan faktor manusia adalah semua tindakan manusia yang dapat mempercepat terjadinya erosi dan longsor.
Kebijakan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan (green construction, green building dan green infrastructure) merupakan upaya mempertahankan dan mendorong peningkatan prosentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kawasan budidaya lainnya, mempertahankan kawasan konservasi terutama di kawasan perkotaan, mewujudkan ecocity, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan dalam setiap aspek pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukimam.
Ketentuan untuk lereng, meliputi:
Ketentuan untuk tanah, meliputi:
Cara Kerja Vetiver
Pada dasarnya vetiver bekerja dengan menahan laju air run-off dan material erosi yang terbawa dengan tubuhnya. Daun dan batang vetiver akan memperlambat aliran endapan yang terbawa run-off dititik A sehingga tertumpuk di titik B. Air akan terus mengalir menuruni lereng yang lebih rendah. Akar tanaman akan mengikat tanah di bawah tanaman hingga kedalaman 3 meter dengan membentuk “Tiang” yang rapat dan dalam di dalam tanah, akar-akar ini nantinya akan mencegah terjadinya erosi dan longsor. Pada dasarnya rumput vetiver akan efektif jika ditanam dalam bentuk barisan yang membentuk pagar.
Sebelumnya, pernah dilakukan penilitian terhadap penggunaan Vetiver di Indoneisa. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Balitbang Departemen PU mengambil lokasi pada:
Nagreg KM 43
Ruas Tol Cipularang KM 114+800
Kampus Puslitbang Jalan - Bandung
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian pada lokasi di atas bahwa kombinasi antara rumput vetiver dengan rumput bahia dengan komposisi 50%:50% dengan penanaman setiap baris vetiver berselang seling dengan baris rumput bahia, menunjukkan hasil yang paling baik dalam mengurangi erosi yang terjadi.
Hasil penelitian berikutnya yang didapat adalah mengetahui signifikansi erosi yang terjadi pada variasi kemiringan lereng dan variasi panjang lereng. Dari penelitian pada 3 lokasi di atas, dilanjutkan dengan mengaplikasikan tata letak terbaik dari penilitan tersebut dengan variasi:
a. Panjang lereng (3m, 6m, dan 9m)
b. Kemiringan lereng ( 30°, 45°, dan 60°)
Veronica Kusumawardhani, ST., M.Si. & Muhammad Yandri, ST.
Namun demikian bencana yang hampir sering terjadi di wilayah Indonesia adalah bencana erosi dan longsor. Bencana ini terjadi karena sekitar 45% luas lahan di Indonesia adalah lahan pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi.
Hal ini menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat sebagian besar wilayah kabupaten atau kota di Indonesia memiliki kawasan pegunungan. Namun kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di Indonesia, dimana secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor dan erosi adalah faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang utama adalah kelerengan, curah hujan, dan geologi. Sedangkan faktor manusia adalah semua tindakan manusia yang dapat mempercepat terjadinya erosi dan longsor.
Kebijakan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan (green construction, green building dan green infrastructure) merupakan upaya mempertahankan dan mendorong peningkatan prosentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kawasan budidaya lainnya, mempertahankan kawasan konservasi terutama di kawasan perkotaan, mewujudkan ecocity, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan dalam setiap aspek pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukimam.
Setelah lereng selesai direncanakan secara geoteknik dengan baik dan dengan mempertimbangkan faktor keselamatan kemudian diikuti dengan perlindungan lereng yang dilaksanakan dengan baik untuk meyakinkan kestabilan dalam jangka panjang terutama untuk daerah dengan curah hujan tinggi dan memiliki tanah yang peka erosi seperti Indonesia.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Salah satu teknologi green construction yang memberi upaya penanganan erosi dilakukan dengan metode vegetatif yaitu dengan vetiver sistem. Vetiver System (VS) adalah sebuah teknologi sederhana, berbiaya murah yang memanfaatkan rumput vetiver hidup untuk konservasi tanah dan air serta perlindungan lingkungan. VS sangat praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.
Vetiver, yang di Indonesia dikenal sebagai akar wangi (Vetiveria zizanioides) atau usar (Vetiver nigritana), adalah sejenis rumput-rumputan berukuran besar yang memiliki banyak keistimewaan. Keajaiban vetiver sebagai tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah, Vetiver juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat menyebar liar seperti alang alang atau rerumputan lainnya.
Vetiver yang ditanam tidak diperbolehkan dipanen akarnya karena jika terjadi,hal ini dapat menimbulkan efek yang kontradiktif, yaitu terjadinya kerusakan tanah. Penerapan teknologi rumput vetiver dalam stabilitas lereng atau tebing jalan sangatlah mudah, praktis dan murah. Ini dikarenakan teknologi ini hanya membutuhkan tingkat perawatan yang rendah (low maintenance), sangat efektif dalam konservasi air dan tanah, mengendalikan endapan, menstabilkan dan merehabilitasi tanah, dan juga ramah lingkungan.
Tanaman Vetiver |
Bentuk Fisik Rumput Vetiver
Rumput Vetiver tidak memiliki stolon dan rizoma. Sehingga secara keseluruhan sistem akarnya dapat tumbuh dengan cepat, pada beberapa aplikasi pertumbuhan akarnya dapat mencapai 3 – 4 m pada tahun pertama. Bahkan ada yang mampu menembus hingga kedalaman 5.2 meter. Perakaran ini membuat rumput vetiver memiliki daya tahan yang tinggi terhadap api, suhu dingin, tekanan udara tinggi, dan efek lalu lintas kendaraan. Vetiver memiliki batang yang kaku dan keras, sehingga tahan terhadap aliran air dalam (0.6 – 0.8 m).Tanaman ini tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya.
Bila ditanam di lereng-lereng keras dan berbatu, ujung ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tanah dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi seperti ini dapat mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga vetiver dijuluki sebagai”kolom hidup”.
Jika ditanam berdekatan membentuk baris/pagar yang rapat. Hal tersebut akan mengurangi kecepatan aliran, mengalihkan menahan matrial sedimen dengan tanpa merubah arus air dan dapat menjadi filter yang sangat efektif.
Akar Vetiver |
Syarat Tumbuh Rumput Vetiver
Membutuhkan ketinggian 500 – 1500 m dpl, dengan curah hujan 500 – 2.500 mm per tahun, dan suhu udara lingkungan 17° – 27° C.
Membutuhkan sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka. Lahan yang terbaik adalah tanah berpasir dan daerah aliran gunung berapi. Meskipun pada lahan yang ekstrim masih mampu tumbuh dengan baik. Waktu penanaman dapat sepanjang tahun, namun yang terbaik pada awal musim hujan.
Keunggulan Vetiver
- Tahan terhadap variasi cuaca, seperti: kekeringan panjang, banjir, genangan dan temperatur - 14º C sampai 55º C.
- Mempunyai daya adaptasi pertumbuhan yang sangat luas pada berbagai kondisi tanah, seperti: Pada tanah masam. Pada tanah bersalinitas tinggi dan mengandung banyak natrium, Pada tanah yang mengandung logam berat, seperti: Ar, Cd, Co, Cr, Pb, Hg, Ni, Se dan Zn.
- Tahan terhadap rentang pH tanah: 3 – 10.5
- Yang paling penting adalah teknologi rumput vetiver hanya membutuhkan biaya yang sedikit dan berkelanjutan. Ditambah lagi biaya perawatannya yang secara signifikan akan semakin berkurang setelah penanaman pagar rumput vetiver. Contohnya: Dalam stabilisasi lereng di China pada tahun 1997-1999 dengan teknologi Rumput Retiver mampu memberikan penghematan dana sebesar 85%-90%.
- Pagar vetiver adalah pagar yang alami, bagian dari teknik soft Bio-Engineering yang ramah lingkungan, dimana merupakan alternatif dari struktur keras dan kaku (beton dan batu).
- Teknologi Rumput Vetiver sangat baik untuk daerah dengan biaya buruh rendah.
Kelemahan Vetiver
Permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian erosi lereng pada daerah yang memiliki curah hujan yang panjang dan tinggi sangatlah sulit untuk dituntaskan dalam jangka panjang. Desain yang ada selama ini adalah dengan membangun kanal atau teras penahan material yang mengalir. Sehingga pada titik tertentu air akan meluap atau mengalir ke sisi penahan yang rendah. Akibatnya adalah membuat aliran material baru. Berikut kelemahan yang dimiliki oleh rumput vetiver, yaitu:
- Teknologi Rumput Vetiver hanya akan efektif apabila Rumput Vetiver dapat didirikan/ditanam dengan baik.
- Karena pola pertumbuhan vetiver yang tegak lurus atau vertikal terhadap tanah, maka disarankan penanamannya dikombinasikan dengan jenis tanaman penutup tanah, seperti bahia, rumput pahit (carpet grass) atau jenis kacang-kacangan (legume). Sehingga tanaman penutup tanah tersebut dapat mengurangi percikan dan aliran permukaan terutama pada awal pertumbuhan vetiver.
- Dinding Vetiver hanya akan berfungsi penuh ketika dinding barisan vetiver memiliki jarak yang dekat satu sama lain. Jadi harus dilakukan penanaman ulang pada bagian- bagian dinding rumput yang terpisah.
- Karena vetiver adalah tanaman hidup sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan baik dalam menangani erosi permukaan. Tanaman ini masih memerlukan waktu atau suatu proses yaitu proses pertumbuhan.
- Sangatlah sulit untuk menanam dan melakukan penyiraman pada lereng yang tinggi dan bertingkat tingkat.
Ketentuan untuk lereng, meliputi:
- lereng sudah memenuhi kestabilan struktur yang sudah disyaratkan dalam pembuatan lereng timbunan atau lereng galian;
- lereng yang akan ditangani masih berada dalam rumija (ruang milik jalan) di luar rumaja (ruang manfaat jalan);
- maksimum kemiringan lereng yaitu 60°;
- untuk lereng dengan kemiringan lebih kecil dari 30° , di antara dua strip rumput vetiver, selain dapat ditanami dengan rumput bahia (paspalum notatum) dan rumput pahit (axonopus compressus), dapat pula ditanami dengan tanaman kacang-kacangan (legum).
Ketentuan untuk tanah, meliputi:
- tanah yang akan ditanami harus bebas dari tanaman liar dan kotoran sampah lainnya;
- pada daerah kering, beberapa jam sebelum penanaman, tanah disiram dengan air sehingga tanah lembab.
Penanaman Vetiver |
Pada dasarnya vetiver bekerja dengan menahan laju air run-off dan material erosi yang terbawa dengan tubuhnya. Daun dan batang vetiver akan memperlambat aliran endapan yang terbawa run-off dititik A sehingga tertumpuk di titik B. Air akan terus mengalir menuruni lereng yang lebih rendah. Akar tanaman akan mengikat tanah di bawah tanaman hingga kedalaman 3 meter dengan membentuk “Tiang” yang rapat dan dalam di dalam tanah, akar-akar ini nantinya akan mencegah terjadinya erosi dan longsor. Pada dasarnya rumput vetiver akan efektif jika ditanam dalam bentuk barisan yang membentuk pagar.
Sebelumnya, pernah dilakukan penilitian terhadap penggunaan Vetiver di Indoneisa. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Balitbang Departemen PU mengambil lokasi pada:
Nagreg KM 43
Vetiver dengan kemiringan lereng 80° |
Vetiver dengan kemiringan lereng 60° |
Vetiver dengan kemiringan lereng 45° |
Hasil penelitian berikutnya yang didapat adalah mengetahui signifikansi erosi yang terjadi pada variasi kemiringan lereng dan variasi panjang lereng. Dari penelitian pada 3 lokasi di atas, dilanjutkan dengan mengaplikasikan tata letak terbaik dari penilitan tersebut dengan variasi:
a. Panjang lereng (3m, 6m, dan 9m)
b. Kemiringan lereng ( 30°, 45°, dan 60°)
Veronica Kusumawardhani, ST., M.Si. & Muhammad Yandri, ST.
Daftar Pustaka :
G. Gunawan, Nanny Kusminingrum, Sri Yeni. 2008. Penanganan Erosi Leremg Galian dan Timbunan Jalan Dengan Rumput Vetiver . Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Putra, I Kadek Bagus WIdana. 2016. Teknologi Rumput Vetiver. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR. Bandung.
Sunandar, Asep dan Kusminingrum, Nanny. 1 Desember 2011. Mengintip Perkembangan Rumput Vetiver Dalam Penanggulangan Erosi dan Longsoran Dangkal Pada Lereng Jalan. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR. Bandung.
G. Gunawan, Nanny Kusminingrum, Sri Yeni. 2008. Penanganan Erosi Leremg Galian dan Timbunan Jalan Dengan Rumput Vetiver . Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Putra, I Kadek Bagus WIdana. 2016. Teknologi Rumput Vetiver. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR. Bandung.
Sunandar, Asep dan Kusminingrum, Nanny. 1 Desember 2011. Mengintip Perkembangan Rumput Vetiver Dalam Penanggulangan Erosi dan Longsoran Dangkal Pada Lereng Jalan. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR. Bandung.
Post a Comment for "Ini Dia Vetiver Sebagai Rumput Anti Longsor dan Erosi"
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved