Kombinasi Box Girder Dan Kabel Stayed Pada Jembatan Soekarno
Kota Manado merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, terletak di ujung jazirah utara Pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU dengan luas wilayah daratan adalah 15.726 hektare
Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga terletak di Teluk Manado, dan dikelilingi oleh daerah pegunungan
Penduduk di Kota Manado berjumlah sekitar 527.007 jiwa, jumlah penduduk yang besar menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar yang merupakan Ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan
Kota Manado didiami oleh beberapa etnis besar dari Sulawesi Utara diantaranya Minahasa, Bolaang Mongondow dan Sangihe-Talaud. Meskipun Kota Manado didiami oleh berbagai etnis dan berbagai golongan agama, namun masyarakat Kota Manado selalu hidup rukun dan damai
Slogan ‘Torang Samua Basudara’ (Kita semua bersaudara) seolah semakin memperkuat kerukunan hidup masyarakat di Kota Manado. Tak heran jika beberapa tokoh bangsa mengatakan bahwa Manado merupakan miniatur Indonesia
Kota yang mendapat julukan Bumi Nyiur Melambai ini memiliki bentangan alam yang cukup menarik, arah utara, timur dan selatan dikelilingi bukit landai, bergelombang, dan barisan pegunungan yang hijau
Sebelah barat memiliki view laut biru, yang dihiasi tiga pulau eksotik : Bunaken, Manado Tua dan Siladen, yang terkenal dengan pesona wisata bawah lautnya
Pantai utara Manado yang menjadi akses utama menuju kawasan Taman Laut Bunaken menjadi salah satu daerah yang penting sebagai pembangkit aktivitas sosial perekonomian masyarakat Kota Manado
Karena alasan itulah di kawasan ini dibangun Jembatan Soekarno, selain untuk mengurai kepadatan lalu lintas Kota Manado yang semakin padat
Jembatan Soekarno dibangun diatas Muara Sungai Tondano dan Teluk Manado yang berada di Jl. Piere Tendean (Boulevard II). Kajian jembatan yang didesain hingga 100 tahun ini dimulai pada tahun 1993, tapi baru di desain pada tahun 2002 oleh PT Amythas Expert & Ass. Barulah pada tahun 2003 dilakukan groundbreaking oleh Presiden Megawati
Jembatan yang juga difungsikan untuk meningkatkan jaringan jalan pendukung kawasan pariwisata ini dibangun dengan kombinasi dari 2 buah jembatan yakni Jembatan Type Balance Cantilever (Box Girder) = 120 Meter, dan Jembatan Type Cable Stayed = 240 Meter dan memakai beton prestres
Struktur Bawah
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu jembatan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban (hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan gaya–gaya dari luar"
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut
Beton bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya
Pekerjaan pondasi merupakan salah satu proses yang mengalami kesulitan dalam pembangunan jembatan Soekarno karena kapasitas pondasi tiang yang besar sehingga perlu adanya mobilisasi hammer pile yang besar juga
Pondasi jembatan ini terdiri dari primary bored pile (beton bertulang) dan secondary bored pile (tanpa tulangan), dengan diameter pondasi 2 x 11 meter dan panjang 42 meter
Struktur Atas
Pada struktur atas, jembatan ini memiliki panjang total yaitu 1.127 meter sudah termasuk jalan penghubung
Panjang itu terdiri dari jalan pendekat utara 244 m, jembatan balanced cantilever 120 m, jalan penghubung 138 m, jalan pendekat ke pendekat utara 102 m, jembatan cable-stayed 240 m, jembatan pendekat selatan 30 m, dan jalan pendekat selatan 253 m
Jembatan Dr. Ir. Soekarno memiliki lebar total 17 m dengan lalu lintas 2 x 6 m dan trotoar 2 x 2.5 m
Kantilever Box Girder
Sepanjang 120 meter jembatan yang melintas diatas muara DAS Tondano ini dibangun dengan konstruksi Box Girder Segmental. Metode ini biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang panjang
Dalam buku berjudul Prestressed Concrete Segmental Bridges, untuk pelaksanaan metode kantilever membutuhkan adanya tendon-tendon yang berfungsi sebagai penopang setiap segmen Box Girder. Tendon yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu “cantilever” tendons dan “continuity” tendons
Cantilever tendons terletak di area momen negative yang dijacking saat setiap segmen box girder ditempatkan. Cantilever tendons dapat diperpanjang hingga ke bagian bawah dengan melewati badan segmen, atau dapat juga berhenti hanya pada bagian atas segmen
Continuity tendons bekerja untuk menyediakan gaya prestressing di area momen positif. Continuity tendons di tempatkan dan dijacking
Metode konstruksi yang dipilih dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode Balance Cantilever Using Launching Girder. Pada metode ini membutuhkan rangka batang sebagai penompang utama dalam proses perpindahan dan pemasangan segmental box
Cable-stayed
Jembatan cable-stayed adalah salah satu jembatan bentang panjang dengan kabel panjang dari tiang yang terhubung secara langsung dengan gelagar-gelagar tanpa gantungan
Menurut SNI T-12-2004 tentang perencanaan struktur beton untuk jembatan, jembatan cable-stayed adalah suatu sistem struktur statis tidak tertentu berderajat tinggi, dimana gaya-gaya dalam yang bekerja dipengaruhi bersama oleh kekakuan komponen penunjang utama jembatan, yaitu sistem lantai kendaraan (pelat, gelagar memanjang, gelagar melintang) bersama- sama dengan kabel penggantung dan menara utamanya
Secara umum komponen utama jembatan cable-stayed terdiri dari sistem kabel, menara, dan gelagar. Bentang utama Jembatan Dr. Ir. Soekarno menggunakan teknologi cable-stayed untuk konstruksinya.
Bentuk struktur utama dari jembatan cable-stayed adalah gabungan dari rangkaian komponen struktural berupa menara (pylon), kabel (cable), dan dek (deck). Menara dihubungkan dengan kabel-kabel untuk menahan dek jembatan sehingga semua gaya gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan ditransfer ke tanah melalui kabel dan menara
Kabel akan menerima gaya tarik dan menara akan menerima gaya tekan Bentang yang panjang dan daya tarik estetika membuat jembatan cable- stayed menjadi sarana yang sangat efektif dalam menghubungkan dua lokasi dengan jarak 200 hingga 1000 m
Menara/Pylon
Menara atau pylon merupakan elemen beton yang menyalurkan gaya tekan yang tinggi karena komponen vertikal dari gaya tarik pada kabel, sehingga menara memiliki resiko yang signifikan terhadap ketidakstabilan geometri
Pemilihan bentuk menara dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika, dan pertimbangan gaya yang bekerja. Bentuk-bentuk menara dapat berupa menara tunggal, H shape, A shape, diamond shape, semi A shape, V shape, atau Y shape
Jembatan Soekarno menggunakan singgle pylon dengan type pylon ‘H’, tinggi pylon jembatan ini adalah 62,8 meter
Jembatan Soekarno telah berdiri kokoh dan menjadi bagian dari Manado Outer Ring Road (MORR) yang menghubungkan Jl. Boulevard I, Jl. Boulevard II dan Manado By Pass
Jembatan ini telah menjadi alternatif yang menyambungkan Kota Manado bagian Utara dengan Kota Manado bagian Selatan. Sempat mangkrak selama 12 tahun, tidak mematahkan semangat untuk menyelesaikan pembangunannya yang kemudian diresmikan pada tahun 2015 oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia
Jembatan Soekarno hadir sebagai lambang semangat dan tekad yang besar layaknya karakter masyarakat sulawesi Utara
Bagaimana cara menguji jembatan ? berikut contoh pengujian loading test Jembatan Kalikuto
Penulis, Purbaya Bagus Panuntun, ST. KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Teknologi Konstruksi
Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga terletak di Teluk Manado, dan dikelilingi oleh daerah pegunungan
Penduduk di Kota Manado berjumlah sekitar 527.007 jiwa, jumlah penduduk yang besar menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar yang merupakan Ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan
Kota Manado didiami oleh beberapa etnis besar dari Sulawesi Utara diantaranya Minahasa, Bolaang Mongondow dan Sangihe-Talaud. Meskipun Kota Manado didiami oleh berbagai etnis dan berbagai golongan agama, namun masyarakat Kota Manado selalu hidup rukun dan damai
Slogan ‘Torang Samua Basudara’ (Kita semua bersaudara) seolah semakin memperkuat kerukunan hidup masyarakat di Kota Manado. Tak heran jika beberapa tokoh bangsa mengatakan bahwa Manado merupakan miniatur Indonesia
Kota yang mendapat julukan Bumi Nyiur Melambai ini memiliki bentangan alam yang cukup menarik, arah utara, timur dan selatan dikelilingi bukit landai, bergelombang, dan barisan pegunungan yang hijau
Sebelah barat memiliki view laut biru, yang dihiasi tiga pulau eksotik : Bunaken, Manado Tua dan Siladen, yang terkenal dengan pesona wisata bawah lautnya
Pantai utara Manado yang menjadi akses utama menuju kawasan Taman Laut Bunaken menjadi salah satu daerah yang penting sebagai pembangkit aktivitas sosial perekonomian masyarakat Kota Manado
Karena alasan itulah di kawasan ini dibangun Jembatan Soekarno, selain untuk mengurai kepadatan lalu lintas Kota Manado yang semakin padat
Jembatan Soekarno Melintasi Sungai Tondano |
Jembatan yang juga difungsikan untuk meningkatkan jaringan jalan pendukung kawasan pariwisata ini dibangun dengan kombinasi dari 2 buah jembatan yakni Jembatan Type Balance Cantilever (Box Girder) = 120 Meter, dan Jembatan Type Cable Stayed = 240 Meter dan memakai beton prestres
Struktur Bawah
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu jembatan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban (hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan gaya–gaya dari luar"
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut
Beton bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya
Pekerjaan pondasi merupakan salah satu proses yang mengalami kesulitan dalam pembangunan jembatan Soekarno karena kapasitas pondasi tiang yang besar sehingga perlu adanya mobilisasi hammer pile yang besar juga
Pondasi Jembatan Soekarno |
Struktur Atas
Pada struktur atas, jembatan ini memiliki panjang total yaitu 1.127 meter sudah termasuk jalan penghubung
Panjang itu terdiri dari jalan pendekat utara 244 m, jembatan balanced cantilever 120 m, jalan penghubung 138 m, jalan pendekat ke pendekat utara 102 m, jembatan cable-stayed 240 m, jembatan pendekat selatan 30 m, dan jalan pendekat selatan 253 m
Jembatan Dr. Ir. Soekarno memiliki lebar total 17 m dengan lalu lintas 2 x 6 m dan trotoar 2 x 2.5 m
Kantilever Box Girder
Sepanjang 120 meter jembatan yang melintas diatas muara DAS Tondano ini dibangun dengan konstruksi Box Girder Segmental. Metode ini biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang panjang
Dalam buku berjudul Prestressed Concrete Segmental Bridges, untuk pelaksanaan metode kantilever membutuhkan adanya tendon-tendon yang berfungsi sebagai penopang setiap segmen Box Girder. Tendon yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu “cantilever” tendons dan “continuity” tendons
Cantilever tendons terletak di area momen negative yang dijacking saat setiap segmen box girder ditempatkan. Cantilever tendons dapat diperpanjang hingga ke bagian bawah dengan melewati badan segmen, atau dapat juga berhenti hanya pada bagian atas segmen
Continuity tendons bekerja untuk menyediakan gaya prestressing di area momen positif. Continuity tendons di tempatkan dan dijacking
Metode konstruksi yang dipilih dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode Balance Cantilever Using Launching Girder. Pada metode ini membutuhkan rangka batang sebagai penompang utama dalam proses perpindahan dan pemasangan segmental box
Cable-stayed
Jembatan cable-stayed adalah salah satu jembatan bentang panjang dengan kabel panjang dari tiang yang terhubung secara langsung dengan gelagar-gelagar tanpa gantungan
Cable Stayed Jembatan Soekarno |
Secara umum komponen utama jembatan cable-stayed terdiri dari sistem kabel, menara, dan gelagar. Bentang utama Jembatan Dr. Ir. Soekarno menggunakan teknologi cable-stayed untuk konstruksinya.
Bentuk struktur utama dari jembatan cable-stayed adalah gabungan dari rangkaian komponen struktural berupa menara (pylon), kabel (cable), dan dek (deck). Menara dihubungkan dengan kabel-kabel untuk menahan dek jembatan sehingga semua gaya gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan ditransfer ke tanah melalui kabel dan menara
Kabel akan menerima gaya tarik dan menara akan menerima gaya tekan Bentang yang panjang dan daya tarik estetika membuat jembatan cable- stayed menjadi sarana yang sangat efektif dalam menghubungkan dua lokasi dengan jarak 200 hingga 1000 m
Menara/Pylon
Menara atau pylon merupakan elemen beton yang menyalurkan gaya tekan yang tinggi karena komponen vertikal dari gaya tarik pada kabel, sehingga menara memiliki resiko yang signifikan terhadap ketidakstabilan geometri
Pemilihan bentuk menara dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika, dan pertimbangan gaya yang bekerja. Bentuk-bentuk menara dapat berupa menara tunggal, H shape, A shape, diamond shape, semi A shape, V shape, atau Y shape
Pylon ‘H’ Jembatan Soekarno |
Jembatan Soekarno telah berdiri kokoh dan menjadi bagian dari Manado Outer Ring Road (MORR) yang menghubungkan Jl. Boulevard I, Jl. Boulevard II dan Manado By Pass
Jembatan ini telah menjadi alternatif yang menyambungkan Kota Manado bagian Utara dengan Kota Manado bagian Selatan. Sempat mangkrak selama 12 tahun, tidak mematahkan semangat untuk menyelesaikan pembangunannya yang kemudian diresmikan pada tahun 2015 oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia
Jembatan Soekarno hadir sebagai lambang semangat dan tekad yang besar layaknya karakter masyarakat sulawesi Utara
Bagaimana cara menguji jembatan ? berikut contoh pengujian loading test Jembatan Kalikuto
Penulis, Purbaya Bagus Panuntun, ST. KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Teknologi Konstruksi
Post a Comment for "Kombinasi Box Girder Dan Kabel Stayed Pada Jembatan Soekarno "
Silahkan tinggalkan komentar berupa saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan. Hanya komentar dengan Identitas yang jelas yang akan ditampilkan, Komentar Anonim, Unknown, Profil Error tidak akan di approved