Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cara Jepang Atasi Banjir Dengan Membangun Kanal Terbesar Di Dunia

Cara Jepang Atasi Banjir Dengan Membangun Kanal Terbesar Di Dunia
Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia khususnya di daerah kurang resapan air adalah banjir. Banjir adalah kondisi dimana suatu wilayah terendam air karena luapan air yang berlebihan.

Bisa dikatakan kalau banjir adalah air dalam volume besar menggenangi suatu daerah atau area (pemukiman, persawahan, dll)

Banyak juga yang mengatakan kalau banjir merupakan aliran air yang tidak lagi bisa ditampung oleh sungai, danau atau laut sekalipun sehingga air tersebut meluap ke daratan. Seperti di Indonesia, di Jepang juga pernah terjadi banjir yang menelan korban lebih dari 200 orang

Beberapa titik di Indonesia memang masih rawan mengalami banjir seperti di Jakarta dan sekitarnya. Ini akan semakin parah kalau terjadi hujan yang sangat deras dan lama. Dipastikan sungai-sungai banyak yang meluap dan airnya meluber sampai kemana-mana

Tapi, sebenarnya tidak hanya di Indonesia saja yang mengalami banjir. Negara-negara lain juga punya masalah serupa. Bahkan, negara yang teratur seperti Jepang juga pernah berjuang menghadapi banjir

Tokyo dilintasi 15 sungai dengan 5 sungai ada di jantung kota yang harus dibeton hingga dasar sungainya. 10 Lagi telah dibendung dari hulu juga menggunakan sistem kanal

Urbanisasi yang tinggi, industrialisasi yang cepat dan penggunaan air yang tidak hati-hati menyebabkan beberapa daerah tenggelam dan memperburuk kerentanan kota

Jepang telah menghadapi banjir selama berabad-abad, sistem Tokyo saat ini benar-benar dimulai pembangunannya pasca perang

Topan Kathleen menyerang pada 1947, menghancurkan sekitar 31.000 rumah dan menewaskan 1.100 orang, satu dekade kemudian Topan Kanogawa (Ida) menghancurkan kota ketika sekitar 400 mm hujan dalam seminggu

Jalanan, rumah, dan pusat bisnis terendam. Setiap tahunnya, rata-rata curah hujan yang dimiliki Tokyo adalah 1530 mm, belum sebanding dengan Jakarta dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2000 mm tiap tahunnya

Bahkan pada 1950-an dan 1960-an, ketika Jepang pulih dari perang, pemerintah menginvestasikan 6-7% dari anggaran nasional pada bencana dan pengurangan risiko. Hal ini dijelaskan Miki Inaoka, seorang ahli bencana di Japan International Cooperation Agency (JICA)

Para perencana Tokyo harus waspada terhadap jenis banjir yang berbedabeda. Jika hujan lebat turun ke hulu, mungkin sungai menghancurkannya dan membanjiri daerah sentral di hilir dan mengalahkan sistem drainase di daerah itu

Jepang adalah destinasi bagi para ahli bencana dan manajemen risiko. Setelah beberapa dekade merancang dan membangun konstruksi non-stop, ibu kota Jepang kini mempunyai puluhan bendungan, waduk dan tanggul

Di bawah tanah, Anda akan menemukan sebuah labirin terowongan bawah tanah di samping jalur kereta bawah tanah dan jaringan pipa gas yang berselang-seling kota
Sistem Drainase pada Sungai Shibuya, Jepang
Sistem Drainase pada Sungai Shibuya, Jepang
Untuk mengatasi masalah banjir yang terjadi pada tiap musim hujan, Kota Tokyo, Jepang mempunyai sistem anti banjir yang canggih. Rahasianya ada di gorong gorong dan sebuah katedral yang dibangun di bawah tanahnya

Tokyo masih menjadi kota destinasi dunia. Sistem anti banjir ini juga menjadi daya tarik tersendiri akan kecanggihan teknologi dari Negeri Sakura. Sistem pertahanan banjir Tokyo dimulai dari pembangunan bendungan, tanggul kali dan goronggorong dan katedral untuk mengantisipasi banjir yang rumit

Tentu, katedralnya tidaklah dipakai untuk ibadah melainkan hanya saja bentuknya seperti katedral. Ternyata ada konstruksi raksasa di bawah tanah yang kita tidak bisa melihatnya secara langsung, tapi ternyata sangat mambantu ketika Tokyo dilanda hujan lebat yang berpotensi menimbulkan banjir

Salah satunya adalah Kanda River Underground Retention Basin yang terdiri atas 4.5 km terowongan yang ‘ditanam’ sedalam 40 meter dibawah tanah. Sistem ini dapat menampung sampai dengan 540.000 ton air ketika Tokyo dilanda banjir
Skema Terowongan Bawah Tanah di Tokyo, Jepang
Skema Terowongan Bawah Tanah di Tokyo, Jepang
Konstruksi terowongan bawah tanah dibuat dengan diameter yang sangat besar, kurang lebih 10 - 30 m, bandingkan dengan ukuran manusia ketika berada di dalam terowongan raksasa itu.
Perbandingan Ukuran Terowongan Bawah Tanah
Perbandingan Ukuran Terowongan Bawah Tanah
Kota Tokyo terletak di sebuah daratan yang didalamnya ada lima sungai besar. Tidak hanya itu aja, terdapat belasan sungai-sungai kecil yang mengaliri daerah itu. Kalau curah hujan sedang tinggi, sungai itu meluap secara alami dan membuat banjir

Tapi, persoalan banjir yang pernah dialami Tokyo sekarang hanya menjadi sejarah saja. Pemerintah sudah membuat sistem kanal bawah tanah yang bisa menanggulangi banjir. Contoh yang lain adalah Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel

Terdiri dari 5 buah pipa vertikal yang berdiameter 30 meter dengan kedalaman 70 meter, yang terhubung satu sama lain melalui terowongan-terowongan yang berdiameter 10 meter sepanjang 6.3 kilometer

Sebenarnya ini letaknya ada di Perfektur Saitama, hanya saja dibangun untuk menanggulangi banjir di area Kanto, termasuk Tokyo. Sistem kanal itu dibangun sejak tahun 1993 dan memerlukan waktu 13 tahun hingga selesai dengan total investasinya mencapai 3 miliar Dolar Amerika

Tentunya ini bisa dikatakan dapat dimasukan kedalam kategori 7 keajaiban bangunan di dunia. Selama 13 tahun sistem kanal untuk menanggulangi banjir dibangun dibawah tanah kota Tokyo. 

Dimulai tahun 1993, menurut CNN, sistem kanal yang disebut dengan Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (MAOUDC) ini akhirnya selesai pada tahun 2006. Sistemnya sendiri punya panjang 6,3 km
Skema Saluran Bawah Tanah
Skema Saluran Bawah Tanah
Sistem kanal bawah tanah ini sebenarnya berfungsi buat mempercepat aliran air agar bisa kembali ke lautmelalui sungai yang lebih besar. Kalau di Tokyo, sungai yang dipilih adalah Sungai Edo

Dikutip dari BBC, kanal terdiri atas lima tangki raksasa dan kanal besar yang semuanya saling menyambung. Tangki dibangun di dekat sungai sehingga ketika air meluap, air masuk ke dalam tangki-tangki tersebut. Sehingga air tidak akan sampai ke pemukiman warga.

Mekanisme Sistem Drainase MAOUDC

Sistem drainase bawah tanah ini adalah merupakan kanal bawah tanah yang berlokasi di Saitama, yang digali di 50 meter di bawah tanah, dan dengan kepanjangan 6.3 Km. Fungsi dari sistem drainase ini adalah untuk mengalirkan air dari daerah rawan banjir ke lima pipa raksasa di bawah tanah, untuk kemudian dialirkan ke sungai melalui terowongan bawah tanah yang terhubung ke pipa-pipa raksasa tersebut
Mekanisme dari Sistem Drainase MAOUDC
Mekanisme dari Sistem Drainase MAOUDC
Control room dari Sistem Drainase MAOUDC
Merupakan sistem drainase terbesar di dunia, prinsip yang digunakan dari katedral ini sebenarnya sangat sederhana. Air yang ada dari seluruh sudut kota akan mengalir melalui sumur dengan ketebalan 10 meter ke dalam 5 kolam beton raksasa. Kelima kolam beton ini memiliki lebar 32 meter dan tinggi 65 m. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
  1. Di kanal bawah tanah ini, dipasang 5 tangki (berbentuk seperti pipa) super raksasa dengan panjang 70 meter dan diameter 30 meter. Masingmasing pipa disangga oleh sebuah pilar besar seberat 500 ton.
  2. Terowongan penghubung dibuat di 50 meter di bawah tanah, berdiameter 10 meter, mempunyai panjang 6.3 Km dan terhubung ke semua pipa raksasa, dan berujung ke sungai.
  3. Sebelum berakhir di sungai, terowongan ini akan melalui tangki pengontrol. Tangki ini memiliki panjang 177 meter, lebar 78 meter dan berada di 22 meter di bawah tanah. Atapnya ditahan oleh 58 pilar dengan ketinggian 18 meter dan berat masing masing pilar 500 ton. Salah satu fungsi tangki ini adalah untuk mengontrol kekuatan air dan juga menyesuaikan tekanan air saat ada masalah dengan pompa air
  4. Dengan kanal ini, air dapat dibuang ke sungai hingga 200 kubik per detik (ini adalah sekitar semua air dari 25-meter kolam renang). Dengan kecepatan ini, maka air akan cepat dialirkan ke sungai untuk selanjutnya menuju ke laut
Pilar Penyangga dari Sistem Drainase MAOUDC
Pilar Penyangga dari Sistem Drainase MAOUDC
Kanal bawah tanah ini dibangun oleh Jepang, karena daerah Kanto memiliki populasi sangat tinggi dengan area yang terbatas, sehingga sulit untuk membuat kanal besar di permukaan tanah, dan mereka membangun kanal bawah tanah. Untuk mencapai dasar dari kanal bawah tanah ini kita harus melewati lebih dari 500 anak tangga
Pilar Penyangga dari Sistem Drainase MAOUDC
Pilar Penyangga dari Sistem Drainase MAOUDC
Kanal bawah tanah ini mulai dibangun tahun 1992 dan selesai tahun 2006 (sekitar 14 tahun), yang merupakan pekerjaan gabungan dari 6 perusahaan dan kontraktor, dengan dana sekitar US$2,6 billions

Dan tentu saja, kanal bawah tanah ini juga ditunjang oleh kondisi sungai yang baik, di mana aliran lancar karena tidak ada sampah dengan lebar sungai normal, sehingga air dapat lancar mengalir ke lautan.

Penulis, Rifka Yastian, ST. Penelaah Jasa Konstruksi KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Teknologi Konstruksi
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

Post a Comment for "Cara Jepang Atasi Banjir Dengan Membangun Kanal Terbesar Di Dunia"