Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Gama-EWS Teknologi Peringatan Bencana Longsor Asli Indonesia

Terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia, Indonesia menjadi negara kepulauan dengan risiko bencana yang tinggi.  Sebaran potensi bencana di Indonesia luas dan merata di hampir semua pulau dan provinsi, demikian juga dengan sebaran jenis bencana yang mengancam.

Sebut saja bencana gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, kekeringan, putting beliung, banjir, tsunami, hingga bencana yang paling mengancam yakni tanah longsor. Tercatat sebanyak 433 peristiwa tanah longsor terjadi sepanjang tahun 2015 silam, catatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menjadikan tanah longsor menjadi bencana yang paling sering terjadi pada tahun 2015 seperti pada tahun 2014.

Dari 433 peristiwa tersebut, tercatat sebanyak 126 korban jiwa meninggal dan hilang, 25.495 korban jiwa menderita dan mengungsi, 1.423 rumah rusak dan terendam, serta 13 fasilitas pendidikan dan peribatan yang rusak. Secara historis,bencana tanah longsor memang salah satu bencana yang paling sering terjadi dan yang paling sering pula memakan korban jiwa.

Fenomena rawan bencana tanah longsor disebabkan oleh karakter yang dipicu erosi atau getaran. Erosi tanah dapat diakibatkan baik oleh curah hujan yang tinggi selama beberapa hari maupun oleh aliran air permukaan yang melalui struktur tanah. Selain itu, getaran dari gempa bumi, gunung berapi, atau dari mesin juga dapat menyebabkan tanah longsor.

Menanggapi rawannya bencana tanah longsor di Indonesia, beberapa upaya dilakukan baik saat bencana, setelah bencana, juga bahkan sebelum bencana terjadi. Sebagai bentuk siaga bencana, BNPB merumuskan sejumlah hal yang harus  diperhatikan sehubungan dengan bencana tanah longsor.

Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan terhadap curah hujan yang tinggi, persiapan logistik untuk evakuasi, dan perhatian khusus terhadap sistem peringatan dini tanah longsor serta instruksi evakuasi dari pihak berwenang. Ketika tanah longsor terjadi, warga perlu memperhatikan posisinya.

Penting bagi warga untuk berada di tempat lapang saat tanah longsor terjadi. Tanah longsor dapat dikenali dari terdengarnya suara gemuruh. Setelah tanah longsor, penting bagi warga untuk tidak kembali ke rumah karena peluang terjadinya longsor susulan.

Warga juga perlu memperhatikan kondisi tanah tempat berpijak bilamana kokoh juga kondisi sekitar bila akan membantu evakuasi korban di reruntuhan bangunan. Dari ketiga jenis respons terhadap tanah longsor tersebut, tindakan yang paling berdampak terhadap pengurangan angka kerugian jiwa maupun materi akibat bencana tanah longsor adalah tindak preventif sebelum kejadian melalui kegiatan mitigasi bencana.

Hal ini dilakukan mengingat pola berulang pada fenomena yang mendahului tanah longsor. Yang pertama, dari catatan bencana di suatu wilayah diketahui wilayah-wilayah rawan longsor. Catatan bencana ini bahkan telah dituangkan dalam peta bencana tanah longsor oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) maupun oleh BNPB.

Berikutnya, tanah longsor dapat dikatakan rutin terjadi setiap musim penghujan. Sehingga sebenarnya adalah hal mudah untuk memprediksi gerakan tanah yang akan menjadi longsor. Berangkat dari kesadaran tersebut, dikembangkan inovasi teknologi deteksi longsor dengan sistem peringatan dini.

Gama-EWS

Diawali dengan sebuah bantuan seperangkat alat deteksi longsor dari Japan International Cooperation Agency (JICA), pemasangan detektor longsor dilakukan di kecamatan Kalibawang, kabupaten
Kulonprogo, DIY pada tahun 2013.

Masalah muncul ketika setahun kemudian, alat tersebut rusak dan perbaikan harus dilakukan di Jepang. Menanggapi kondisi yang tidak ekonomis tersebut, Prof. Dwikorita Karnawati selaku delegasi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam kerjasama dengan JICA ini meminta Dr. Teuku Faisal Fathani untuk mengembangkan alat deteksi longsor produksi Indonesia.

Sejalan dengan permintaan dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal untuk dibuatkan alat peringatan dini bencana tanah longsor, Dosen teknik sipil UGM yang mengambil topik riset doktoral tentang tanah longsor ini kemudian menciptakan alat deteksi longsor asli Indonesia yang dinamai Gadjah Mada Early Warning System.

Pada dasarnya, Gama-EWS bekerja dengan mendeteksi pergeseran dan pergerakan tanah. Alat tersambung dengan sirene sehingga sirene berbunyi ketika pergerakan tanah terjadi. Terbuat dari kayu dan logam, alat ini membaca gerakan tanah pada tiga dimensi yang kemudian dibandingkan dengan data hujan.

Pembacaan pergerakan tanah pada generasi pertama alat ini masih dilakukan secara manual, seseorang harus membaca hasil pemantauan gerakan tanah dan data hujan. Namun demikian, biaya produksi alat ini patut diapresiasi yaitu hanya sepersepuluh dari alat deteksi longsor yang semula diimpor dari Jepang. Konsep pemantauan gerakan tanah yang sederhana dan berbiaya rendah (simple and low-cost) terwujud dalam Gama-EWS.

Perkembangan akurasi Gama-EWS dilakukan sehingga pencatatan gerakan tanah pada generasi kedua menggunakan kertas. Pada tahun 2007, generasi kedua Gama-EWS dipasang di desa Kalitelaga, kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada tanggal 7 November 2007, Gama-EWS 
berhasil membaca gerakan tanah 4 jam sebelum longsor terjadi. 

Ketika itu, hujan turun dengan lebat dan regangan tanah yang melampaui 2 cm dibaca oleh ekstensometer di dalam seperangkat detektor longsor sehingga sirine berbunyi. Dengan peringatan dini tersebut, sebanyak 35 keluarga penghuni desa tersebut sempat dievakuasi dan luput dari bencana tanah longsor. 

Menanggapi saran dari kepala BNPB masa itu, Syamsul Maarif, model pencatatan kertas pada GamaEWS digantikan dengan kartu memori. Kemudian lahirlah generasi ketiga Gama-EWS dengan sistem informasi real-time menggunakan teknologi wireless melalui SMS, GPRS, dan radio frekuensi. Dengan demikian, data dapat dikirim ke pos pemantauan yang berjarak 10–20 km bahkan 100 km sehingga BPBD terkait dapat memantau gerakan tanah lalu mengirim tanda peringatan bila akan terjadi longsor. 

Spesifikasi Gama-EWS 

Set detektor longsor Gama-EWS berfungsi memantau curah hujan, fluktuasi muka air, deformasi permukaan, dan gerakan pada permukaan licin. Perangkat ini terdiri dari sejumlah alat, di antaranya ekstensometer, tiltmeter, alat penakar hujan (rain gauge), inclinometer, dan sirene untuk sistem alarm. Ekstensometer dan tiltmeter adalah yang paling umum digunakan.

Ekstensometer dipasang pada dua titik yaitu pada tanah yang stabil dan tanah yang berpotensi labil. Ketika gerakan tanah terjadi, kabel yang menghubungkan kedua titik akan mengencang atau melonggar. Ini akan mengaktifkan sensor dan perekam data.

Sementara itu, tiltmeter berfungsi memantau perubahan kemiringan lereng pada daerah rawan longsor. Setiap data tersimpan dari masingmasing alat diolah secara otomatis oleh program.

Penentuan kondisi siaga bencana longsor ditentukan dapat ditentukan oleh program atau oleh petugas tergantung kondisi lapangan, sama halnya dengan pemilihan jenis dan versi alat yang dipasang (Fathani & Karnawati, 2012).  

Gama-EWS Kondisi Mutakhir

Saat ini, Gama-EWS sudah memasuki generasi keempat dengan aplikasi yang tersebar di sektor kemasyarakatan seluruh Indonesia dengan dukungan pemerintah hingga swasta. 

Menyusul keberhasilan aplikasi Gama-EWS di kabupaten Banjarnegara pada 2007, Gama-EWS tidak hanya menyelamatkan 100 Kepala Keluarga (KK) dari longsor namun juga dari banjir bandang di kabupaten Aceh Besar pada 28 November 2016.

Ketika itu, Gama-EWS berhasil memberikan peringatan 5 jam sebelum kejadian bertepatan dengan persiapan pelatihan evakuasi mandiri penduduk. 

Setelah pemasangan lebih dari 100 unit Gama-EWS yang tersebar pada 12 provinsi di Indonesia pada 2013, UGM dan BNPB terus mengadakan kerja sama dalam upaya mitigasi bencana tanah longsor 
dengan pemasangan Gama-EWS. 

Menyusul pemasangan Gama-EWS di 6 kota/kabupaten dan 24 lokasi lainnya, UGM dan BNPB kembali bekerja sama pada pertengahan 2016 untuk memasang Gama-EWS di 14 daerah rawan longsor. 

Adapun 14 unit Gama-EWS tersebut akan dipasang di Kabupaten Kerinci di Riau; Kabupaten Cianjur di Jawa Barat; Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah; Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok  Tengah, dan Kabupaten Lombok Barat di NTB; Kabupaten Sikka di NTT; Kota Manado di Sulawesi Utara; Kabupaten Bantaeng di Sulawesi Selatan; Kabupaten Buru dan Kota Ambon di Maluku; Kota Jayapura dan Kabupaten Nabire di Papua; serta Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Wondama di Papua Barat. 

Selain digunakan oleh pihak pemerintahan dalam mitigasi bencana tanah longsor, Gama-EWS juga dimanfaatkan oleh pihak swasta dalam industri terkait. Sebut saja Pertamina Geothermal yang telah memasang Gama-EWS pada 8 lokasi di 7 provinsi, juga PT. Freeport di Timika, Papua. Tak ketinggalan, sebuah perusahaan tambang di Myanmar pun turut mengaplikasikan perangkat yang telah diakui secara internasional ini. 

Melalui pertemuan pakar tanah longsor di Jepang pada 2008 dan RRC pada 2010, Gama-EWS meraih pengakuan dunia. Selama dua periode pun, yaitu periode 2011-2014 dan periode 2014-2017, UGM selaku instansi yang menaungi produksi Gama-EWS didapuk oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Pusat Unggulan Dunia dalam bidang Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor. 

Masa Depan Gama-EWS 

Sekalipun diakui keandalannya baik dalam skala nasional maupun internasional, Gama-EWS terus memerlukan pemutakhiran untuk fungsi yang lebih baik. Sebut saja, perbaikan dalam sistem pencatatan data gerakan tanah, sistem peringatan dengan sirene (alarming system), juga sistem penyimpanan data gerakan tanah.

Selain itu, hal utama yang menjadi perhatian adalah kolaborasi teknis dan sosial perangkat ini. Kolaborasi ini berlangsung dua arah, yaitu kepada masyarakat dan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). 
Pengalaman longsor Banjarnegara di penghujung 2014 menunjukkan bahwa masyarakat tidak mendapat peringatan yang memadai mengenai tanah longsor yang mengancam. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak memberdayakan perangkat Gama-EWS sesuai fungsinya. 

Masyarakat mengaku mematikan sirene karena sirene berbunyi menanggapi gerakan kecil tanah meskipun longsor tidak terjadi, sementara masyarakat sudah mengevakuasi diri. Selain itu, mereka juga justru menjadikan kabel ekstensometer (salah satu bagian perangkat Gama-EWS) menjadi tiang jemuran pakaian berdasarkan informasi dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Humas, Data, dan Informasi BNPB pasca longsor Banjarnegara 2014. 

Atas dasar inilah, edukasi bagi komunitas lokal menjadi perhatian khusus sehingga keandalan teknis dapat berdaya guna oleh masyarakat sosial. Selain itu, koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan (pemerintah daerah, BPBD, masyarakat) juga menjadi tugas penting agar masyarakat sebagai pihak terdekat dengan potensi longsor dapat mengambil sikap dalam memanfaatkan Gama-EWS. 

Saat ini, pihak produsen Gama-EWS sedang mengembangkan rencana pembuatan perangkat Gama-EWS di industri lokal. Hal ini diharapkan dapat mendorong daerah-daerah untuk memproduksi sendiri perangkat Gama-EWS sederhana untuk dipasang di lokasi-lokasi potensi longsor di daerahnya. Selain mendapat perangkat mitigasi tanah longsor dengan mudah, pun hal ini membuka peluang usaha dan peluang kerja bagi masyarakat. 

Penulis, Naomi Fransiska Panjaitan, S.T. - KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Teknologi Konstruksi
Daftar Pustaka : 
_. Siaga Bencana Tanah Longsor. [Online] Tersedia: http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/siaga-bencana# [15 Desember 2016]. 
_. 2016. UGM-BNPB Pasang EWS di 14 Daerah Rawan Longsor. [Online] Tersedia: http://ugm.ac.id/id/berita/11704-ugm-bnpb.pasang.ews.di.14.daerah.rawan.longsor [15 Desember 2016]. 
_. 2016. GAMA-EWS, Alat Deteksi Dini Longsor Mendunia. [Online] Tersedia: http://sinarharapan.net/2016/10/gama-ews-alat-deteksi-dini-longsor-mendunia/ [15 Desember 2016]. 
_. 2016. Gama EWS. [Online] Tersedia: https://www.youtube.com/watch?v=jVC0HRErDiU [15 Desember 2016]. 
Fathani, T. F. & Karnawati D. 2012. Lessons Learned in the Development of Landslide
Early Warning System in Indonesia. International Consortium on Landslides. Paris. 
Guci, Irmansyah D. 2016. Teuku Faisal Fathani, Penemu Alat Deteksi Dini Longsor. [Online] Tersedia: http://portalsatu.com/read/profil/teuku-faisal-fathani-penemu-alat-
deteksi-dini-longsor-11198 [15 Desember 2016]. 
Nugroho, S. P. dkk. 2015. Pemulihan Kehidupan Masyarakat Korban Longsor di Banjarnegara. BNPB. Jakarta. 
Rosita, R. dkk. 2015. Gema BNPB Desember 2015. Refleksi Akhir Tahun 2015 : Bencana dan Masyarakat Tangguh Bencana. Jakarta. 
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

Post a Comment for " Gama-EWS Teknologi Peringatan Bencana Longsor Asli Indonesia "