Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Bom Di Tempat Ibadah, Apakah Pertanda Ketidak-akuran Berwarga Negara ?

Kembali lagi, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya, yaitu Gereja Maria Tak Tercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna. Sampai saat ini 10 orang tewas dan 40 orang lainnya terluka. Para korban luka kini masih dirawat di sejumlah rumah sakit. Jumlah korban kemungkinan masih akan bertambah.
Salah Satu lokasi ledakan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel Madya, Surabaya
Banyak Pihak yang menyayangkan terulangnya pemboman dinegeri kita tercinta ini. Kita tahu Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keberagaman, salah satunya keberagaman beragama. Dengan adanya pemboman ini, bukan tidak mungkin ini adalah tanda belum sepaham dan berwarga negara yang belum memiliki kerukunan antar umat beragam yang kuat.

Apalagi lokasi terjadinya pemboman ini ada di tiga lokasi Gereja yang Berdekatan di Surabaya. Gereja, Tempat Beribadah salah satu Agama yang diakui di indonesia, yang menjadi lokasi pemboman, akan menjadi bola panas yang bergulir diantara umat yang menjaga toleransi agama

Dengan adanya kejadian ini, isu kerukunan akan sangat sensitif dan bukan tidak mungkin akan meledak dan menjadi polemik dalam kerukunan umat beragama. Padahal toleransi keagamaan sudah diajarkan sejak dini di bangku sekolahan.

Toleransi yang tercantum di pelajaran PPKn dan PMP dulu. Si Budi yang beragama Islam, Peter agama Kristen dan Made beragama Hindu 3 sekawan yang akur dan saling membantu.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Negeri ini? Kenapa sampai ada yang tega mengorbankan diri untuk menjadi pelaku bom bunuh diri? Apa tujuan Pelaku menjadikan tempat ibadah sebagai target?

Fenomena Bunuh diri ini juga terjadi pada masa Perang Dunia II, Jepang memiliki pasukan pilot bunuh diri yang disebut Kamikaze Pilot. Pasukan tersebut rela melakukan bunuh diri sebagai bentuk nasionalisme terhadap negaranya.Mereka rela melakukan itu demi negaranya.

Sementara di zaman sekarang, trend pemboman lebih cenderung pada kefanatikan agama. Banyak yang menganggap bom bunuh diri itu merupakan jihad atau berjuang di jalan Tuhan melawan orang-orang kafir. Sehingga, meskipun mereka mati setelah melakukan bom bunuh diri, konon katanya mereka akan masuk surga.

Membahas perbedaan Agama, saya jadi ingat dengan perkataan Prof. Mahfud MD. Perbedaan itu diciptakan Tuhan untuk membuat kita akur satu sama lain. Jika Tuhan memang tidak menginginkan adanya perbedaan, maka Tuhan dapat dan bisa Menciptakan kita semua tanpa adanya perbedaan, tapi Tuhan tidak melakukan itu, Sehingga yakinlah kalau perbedaan itu indah.

Dengan adanya peristiwa ini, tanpa bukti yang konkret, belum bisa di pastikan apa sebenarnya tujuan dari Pemboman ini. Apakah tujuannya untuk memecah belah bangsa ? Untuk mendapat simpati salah satu umat beragama? kebencian terhadap umat lain? atau untuk pengalihan isu ? Pertanyaan besar laiinya, Apakah ini Gerakan Teologi atau Politik atau Religious Extrimis? Semoga Polisi dapat mengusut tuntas kasus ini dengan transparan.

Mirisnya, pelaku pemboman ini Tidak dilakukan pria, tapi dilakukan seorang perempuan dan juga didampingi dengan 2 orang anak. Informasinya, pelaku ada seorang perempuan yang datang ke gereja bersama dua anak. "Dia mendekat ke geraja, mau masuk, tapi kemudian dilarang oleh petugas, diminta keluar di area gereja," cerita Didin, jemaah GKI yang sebelumnya akan mengikuti misa jam 08.00 WIB. Tak lama, bom pun meledak."Informasinya, bom juga ada di tubuh anak-anaknya," tandas Didin.

Tulisan ini saya buat mei 2018, dan baru saya publikasikan disini Okt 2018

Post a Comment for "Bom Di Tempat Ibadah, Apakah Pertanda Ketidak-akuran Berwarga Negara ?"