Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak (PRECAST)

Product Precast
Jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja, beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia,  Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relatif terjangkau.

Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalan sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi)

Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.

Aplikasi beton pracetak ini telah banyak dilakukan di berbagai negara. Namun demikian tingkat penyerapan teknologi ini masih bervariasi. Di Amerika misalnya, implementasi teknologi ini tergolong cukup rendah dan terbatas

Konsumsi beton untuk teknologi dan sistem pracetak ini di Amerika dapat digolongkan masih sangat rendah disebabkan antara lain oleh rendahnya sumber daya manusia untuk melakukan perancangan serta pengelolaan proyeknya, dan kontraktor tidak mendapatkan penghematan biaya yang signifikan (Arditi et.al., 2000)

Menurut Sacks et.al. (2004), di Amerika pangsa pasar teknologi precast ini dibandingkan dengan produksi total beton pada tahun 1998 adalah hanya 6% saja. Hal ini sangat berbeda dengan konsumsi beton untuk pracetak pada negaranegara Eropa yang cukup signifikan, seperti Finlandia sebesar 56%, Jerman sebesar 28%, Inggris sebesar 26%, dan Spanyol sebesar 20%.

Di Indonesia, atas kerja sama para anggota Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia (IAPPI) dengan berbagai instansi, maka sejak tahun 1979 telah banyak penggunaan beton pracetak ini beserta transfer teknologi dan inovasinya

Penerapan yang banyak dilakukan antara lain adalah pada bangunan rusunawa dengan jumlah mencapai 12.996 unit (kurang lebih 40% dari seluruh rusun yang dibangun diIndonesia)

Dalam tiga tahun terakhir telah terlaksana pembangunan 9.048 unit rumah susun, atau berarti 3.000 unit rusunawa setiap tahunnya (97% dari seluruh rusun selama 3 tahun terakhir), terutama dengan adanya program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah dan sebagian besar mengadopsi teknologi dan sistem beton pracetak.

Secara umum, kebanyakan sistem beton pracetak yang ada di Indonesia merupakan sistem pracetak nonvolumetrik, yaitu komponen struktur beton pracetak yang tidak membentuk suatu volume struktur secara utuh

Kalaupun ada yang tergolong ke dalam sistem volumetrik adalah sistem Waffle Crete yang diadopsi dari negara Amerika Serikat dan beberapa komponen gedung seperti toilet.Sedangkan sistem beton pracetak yang modular belum ada yang menyediakannya di Indonesia ini.
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

Post a Comment for "Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak (PRECAST)"