Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Mengenal Beton Pratekan Dalam Konstruksi

Tegangan tarik di dalam penampang yang dipikulkan kepada baja menyebabkan beton disekitarnya  retak-retak.   Memang   beton   tidak   bekerja   efektif   seluruhnya   di   dalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian yang tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.


Baru   pada   tahun   1928   Eugene   Freyssinet,   seorang   insinyur   Perancis   berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan pemberian pratekan. Untuk pertama kali Freyssinet mengemukakan bahwa berkurangnya pratekan pada usaha-usaha sebelumnya telah disebabkan oleh tiga hal, yaitu :

Memendeknya unsur struktur yang mengalami tekanan terus menerus akibat perubahan dalam struktur kristal yang membentuk bahan beton yang ia namakan rangkak (creep).

Memanjangnya kawat atau kabel baja yang mengalami tarikan terus menerus juga akibat dalam struktur kristal  yang membentuk bahan baja  yang ia namakan relaksasi.

Menggelincirnya   (slip)   jangkar   kawat   atau   pada   kabel   kedua   ujung   unsur struktur. Untuk mengatasi hal diatas Freyssinet memakai beton dan baja bermutu tinggi sehingga rangkak dan relaksasi dapat dibatasi dan walaupun ada pengaruhnya terhadap pengurangan pratekan akan kecil karena tekanan itu sebelumnya sudah tinggi sekali.

Disamping itu ia telah membuat suatu sistem penjangkaran kawat dan sistem penarikannya yang sangat baik yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan Sistem Freyssinet.

Setelah Freyssinet meninggal dunia, muncullah nama T. Y. Lin,seorang kelahiranTaiwan, Guru Besar di California University, Berkeley dan seorang Consulting Engineer yang sangat berhasil

Pada tahun 1963 ia mengemukakan teorinya mengenai ”Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah ditetapkan dapat diimbangi sepenuhnya

Pada beban seimbang ini di dalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada semua penampang struktur bekerja merata.

Konsep Dasar Pemberian Prategang

Beton prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan internal dengan besar serta distribusi   yang   sesuai   diberikan   sedemikian   rupa   sehingga   tegangan-tegangan   yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan

Kekuatan tarik beton polos hanyalah merupakan suatu fraksi saja dari kekuatan tekannya dan masalah kurang sempurnanya kekuatan tarik ini ternyata menjadi faktor pendorongdalam pengembangan material komposit yang dikenal sebagai “beton bertulang”

Keuntungan Beton Prategang


Keuntungan Beton prategang dibanding bentuk-bentuk konstruksi lainnya :

Dalam hal batang prategang penuh, yang bebas dari tegangan-tegangan tarik padabeban  kerja,  penampang   melintangnya  dimanfaatkan   secara   lebih   efisien   apabiladibandingkan dengan penampang beton bertulang yang retak pada beban kerja.

Beban mati permanen dapat dilawan dengan menambah eksentrisitas gaya prategangdalam suatu unsur struktur prategang, sehingga lebih menghemat pemakaian material.

Penghematan   beton   sebesar   15-30%   dimungkinkan   dibandingkan   dengan   betonbertulang. Penghematan baja bahkan lebih tinggi, yaitu 60-80%, terutama disebabkan oleh tegangan lain, yang tinggi yang diperkenankan pada kawat tegangan tarik tinggi

Kondisi ekonomis secara penuh dalam penggunaan beton prategang terjadi karenaberkurangnya bobot mati akan mengurangi beban rencana dan biaya pondasi.

Istilah Dalam Beton Prategang

1. Tendon : Suatu unsur yang direntangkan yang dipakai dalam suatu komponen strukturbeton untuk memberi prategang pada beton tersebut.

2. Angur   :   Suatu   alat   yang   pada   umumnya   dipakai   untuk   memungkinkan   tendon memberikan dam memelihara prategag pada beton.

3. Pratarik : Suatu metode untuk memberi prategang pada beton dimana tendon ditariksebelom beton dicor.

4. Beton prategang terekat (bonded prestressed  concrete)  : Beton dimana prategangdiberikan pada beton melalui rekatan (bond) antara tendon dan beton kelilingnya.

5. Beton   prategang   tak-terekat   (non-bonded   prestressed   concrete)   :   Suatu   metodekonstruksi dimana tendon tidak terikat pada beton sekelilingnya.

6. Prategang Penuh : Beton prategang dimana tegangan tarik pada beton ditiadakanseluruhnya pada beban kerja dengan mendapatkan prategang yang cukup tinggi padabatangnya.

7. Prategang terbatas atau parsial : Tingkat prategang yang diberikan pada beton dimanategangan tarik sampai tingkat tertentu diperkenankan dalam beton pada beban kerja.

8. Prategang   moderat   :   pada   tipe   batang   ini,   tidak   diberikan  pembatasan   terhadapbesarnya tegangan tarik pada beban kerja.

9. Prategang   aksial   :   Batang-batang   dimana   seluruh   penampang   melintang   betonmempunyai suatu prategang tekan yang beragam.

10. Prategang eksentris : Suatu penampang dimana tendon eksentris terhadap titik beratyang menghasilkan suatu distribusi tegangan tekan berbentuk segitiga atau trapesium.

11. Prategang   konkordan   (concordant)   :   Prategangan   batang   dimana   kabel-kabel mengikuti suatu prafil yang serasi.

12. Prategang tak berdistrosi : pada tipe ini, pengaruh gabungan dari tingkat prategang dantegangan-tegangan akibat berat mati adalah sedemikian rupa sehingga lendutan padasumbu batangnya dicegah.

13. Prategang uniaksial, biaksial dan triaksial : Istilah-istilah ini menunjukkan kepadakasus-kasus diman beton diberi prategang dalam satu arah, dalam dua arah yang tegaklurus satu sama lain, dan dalam tiga arah yang saling tegak lurus.

14. Prategang melingkar : Istilah ini menunjuk kepada prategang pada batang bundarseperti pada tangki dan pipa.

15. Transfer   atau   perpindahan   :   Tahap   yang   sesuai   dengan   perpindahan   prategangkebeton. Untuk batang pratarik, transfer terjadi pada waktu perlepasan prategang daridinding turap; untuk batang pascatarik, hal ini terjadi setelah proses penarikan selesai.

16. Tulangan suplementer atau tulangan tanpa tarikan : Tulangan pada batang prategangyang tidak ditarik terhadap beton sekelilingnya sebelum pemberian beban.

17. Panjang tranfmisi : Panjang pengangkuran rekatan kawat prategang mulai dari ujungsuatu batang pratarik sampai titik dengan tegangan baja penuh.

18. Beban retak : Beban pada unsur struktural yang bersesuaian dengan retakan yangtampak pertama kali.

19. Rangka pada beton : Bertambahnya deformasi tak elastis secara bertahap pada betondibawah komponen tegangan terus-menerus.

20. Susut beton : Kontraksi beton pada proses pengeringan.

21. Relaksasi pada Baja : Berkurangnya tegangan pada baja pada regangan konstan.

22. Tegangan tulen (proof srtess) : Tegangan tarik pada baja yang menghasilkan suaturegangan sisa sebesar 0,2 persen dari panjang alat ukur asli pada saat beban diangkat.

23. Koefisien rangka rasio : Regangan rangka total terhadap regangan elastis pada beton.

24. Kabel penyumbal (cap cable) : Suatu tendon pendek yang melengkung yang disusunpada tumpuan-tumpuan interior balok menerus.

25. Tingkat prategang : Suatu ukuran besarnya gaya prategang dalam kaitannya dengantegangan resultan yang terjadi pada batang struktural pada beban kerja.

26. Hilang rekatan (debonding) : Pencegahan terjadinya rekatan antara kawat baja danbeton sekelilingnya
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

Post a Comment for "Mengenal Beton Pratekan Dalam Konstruksi"