Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cara Menggunakan Hammer Test (Palu Beton) Sebagai Indikator Mutu Beton

Mutu beton merupakan hasil akhir yang sangat penting untuk diketahui. Dengan mngetahui mutu beton, maka kekuatan dan perilaku struktur suatu bangunan dapat dianalisa layak tidak layaknya menanggung dan menerima beban.

Pengujian mutu beton dilakukan dengan menguji sebuah sampel yang mewakili dari suatu adukan. Sampel yang diuji bisa berupa kubus maupun silinder. Dengan menguji sampel tersebut maka akan didapatkan beban maksimal yang dapat diterima beton tersebut.

Tapi jika terjadi suatu masalah atau indikasi jika ternyata bangunan yang sudah dicorkan sampel yang dibuat pada saat pengecoran tersebut mutu hasil uji sampelnya tidak masuk atau tidak memenuhi syarat maka perlu di lakukan pengujian langsung pada bangunan tersebut, metode tersebut bisa menggunakan hammer test maupun core drill test.

Kejadian yang sering terjadi dilapangan, Hammer test dijadikan acuan mutlak oleh beberapa praktisi konstruksi lapangan. Padahal sejatinya, di dalam SNI Hammer test disebutkan bahwa hammer test bukan untuk menentukan mutu beton, tetapi hanya untuk indikator menilai beton.

Didalam SNI-03-4803-1998 Metode Angka Pantul Beton Yang Sudah Mengeras Bab ii 2.1.b disebutkan, metode ini tidak dimaksudkan sebagai alternatif untuk menetapkan kekuatan beton. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sni-03-4803-1998 hammer test harus dikorelasikan dengan uji core drill test pengeboran.

Sebenarnya hammer test lebih tepat digunakan untuk mengetahui keseragaman beton dari hasil pengecoran. Untuk mengetahui titik titik dimana beton tidak mengalami pengecoran dengan sempurna.

Didalam PBI, Hammer test dilakukan apabila hasil test benda uji kubus tidak memenuhi syarat, Baik itu karena kuat tekan tidak masuk ketentuan maupun karena sampel tidak ada atau hilang tanpa jejak. Sehingga untuk mengetahui mutu beton maka dilakukanlah uji hammer test. Ada satu hal penting yang sering di lupakan oleh para praktisi beton saat akan melakukan uji hammer test. Hasil Hammer test dinyatakan masuk standard apabila bacaan lenting menunjukkan 80% dari syarat mutu beton. Misalkan Jika mutu k 500, maka apabila ternyata hasil bacaan uji hammer test menunjukan k 450, maka hasil uji tersebut dinyatakan masuk dan memenuhi syarat.

Dari sekian banyak yang saya temui dan melakukan Uji hammer test dengan para pelaku konstruksi, baik dari Kontraktor, PU, dan Konsultan masih ada yang melupakan atau tidak mengganggap dengan syarat 80% tersebut. Padahal syarat tersebut ada dicantumkan di PBI. syarat tersebut dibuat karena alat uji hammer test memiliki rentang mutu yang lebar dan sangat dipengaruhi permukaan beton.

Tetapi perlu diingat, untuk melakukan uji hammer test pengambilan dan pengujiannya harus sesuai prosedur dan standard SNI, dimana hasil akhirnya merupakan usaha pendekatan statistik dari hasil rentang mutu yang lebar yang telah kita sebutkan diatas.

Untuk metode pengujian hammer test dapat dibaca di SNI 03-4430-1997 Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu Beton TIPE N dan NR, pada SNI 03-4430-1997 disebutkan Tujuan metode pengujian ini adalah untuk 'memperkirakan" Nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton dilapangan bagi perencana dan atau pengawas pelaksanaan pekerjaan.
Untuk detail pengujian Hammer test secara teknis dapat di lihat di SNI 03-4430-1997 Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu Beton TIPE N dan NR, dan SNI-03-4803-1998 Metode Angka Pantul Beton Yang Sudah Mengeras. Laporan dari hasil uji tersebut harus sesuai dengan SNI tersebut, sehingga laporan hasil akhir tersebut bisa dinyatakan sesuai syarat jika dicapai hasil 80%.

Untuk pengujian, sebenarnya harus mengikuti Standard SNI diatas. Pengujian tidak dilakukan dengan tembak sana tembak sini kemudian melihat hasilnya. Apalagi pengujian dilakukan secara bersama. Harus tercatat dengan terlapor dan teridentifikasi dilapangan.

Apa saja kelebihan uji hammer test ?
  1. Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
  2. Praktis (mudah digunakan)
  3. Tidak merusak
Kemudian kekurangnya,
  1. Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton.
  2. Sulit mengkalibrasi hasil pengujian. Tingkat keandalannya rendah.
  3. Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada permukaan
Pelaksanaan pengujian
  1. letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.
  2. Plunger ditekan secara perlahan – lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.
  3. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.
  4. Kemudian data lentingan hasil hammer test pada tiap titik dianalisa sesuai dengan SNI yang telah saya sebutkan diatas.
M Hadi H, S.T.
M Hadi H, S.T. Sharing and building, berharap dapat berpartisipasi walaupun dalam hal kecil untuk kemajuan pengetahuan - Mengabdi di Dinas Pekerjaan Umum salah satu instansi Pemerintah Daerah

6 comments for "Cara Menggunakan Hammer Test (Palu Beton) Sebagai Indikator Mutu Beton"

  1. terima kaish infonya baru kali ini saya menemukan web khusus masalah pertukangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama sama pak. Terimaksih jga sudah berkenan berkunjung

      Delete
    2. Contoh pelaporan dan rumus yg dipakai bisa di share pak?
      Lagi belajar pak

      Delete
    3. contoh pelaporan ada pada lampiran SNI hammer test, namun dilain kesempatan akan kita bahas pada artikel khusus mengenai laporan tersebut

      Delete
    4. angka2 hasil perhitungannya tdk diketahui darimana diperoleh pak,

      Delete
    5. angka2 hasil perhitungannya tdk diketahui darimana diperoleh pak,

      Delete